LANGKAH PEMBELAJARAN RPP REVISI TERBARU
Sebagai acuan dalam mempermudah dan mengkaji langkah-langkah
pembelajaran RPP dari revisi terbaru kurikulum, berikut ini daftar
langkah-langkah pembelajaran RPP kurikulum 2013 revisi 2017 secara
berurutan.
1. Bagian Integrasi
Pada bagian integrasi ini diharapkan dijelaskan bagaimana kemampuan 4C,
Literasi, Penguatan Pendidikan Karakter, dan HOTS akan diintegrasikan
dalam langkah-langkah pembelajaran. Hal ini menjadi penting karena
merupakan fokus dari hasil revisi 2017 kurikulum 2013.
2. Bagian Motivasi dan Apersepsi
Pada bagian ini ditekankan bahwa pembelajaran harus dirancang menjadi
seinteraktif dan semenarik mungkin untuk memotivasi peserta didik dalam
pembelajaran. Pada bagian ini juga ditekankan bahwa langkah-langkah
pembelajaran harus dapat memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik
dapat mengembangkan kreativitas dan kemandiriannya sesuai dengan
kemampuan bakatnya.
3. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan menunjuk kepada langkah pembelajaran dalam RPP yang
menjelaskan bagaimana guru menyiapkan peserta didik untuk siap mengikuti
pembelajaran baik dari segi psikis maupun psikologis. Bagian ini juga
memuat langkah guru memberikan motivasi serta informasi manfaat dari
pembelajaran. Tidak lupa juga guru dapat mengajukan pertanyaan
konfirmasi pengetahuan siswa sebelumnya. Bagian terakhir dari bagian
pendahuluan ini adaah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan
materi serta konten silabus kepada peserta didik.
4. Bagian Inti
Langkah-langkah pembelajaran RPP selanjutnya masuk pada bagian inti
pembelajaran. Bagian ini ini mengungkapkan mengenai model serta metode
pembelajaran, juga sumber belajar apa yang dibutuhkan dalam setiap
pertemuannya. Pada bagian ini poses integrasi empat poin dari revisi
2017 diharapkan dapat muncul. Misalnya dalam pemilihan pendekatan
pembelajaran ataupun pengembangan sikap. Untuk mendukung integrasi
Penguatan Pendidikan Karakter (PKK) misalnya, di dalam pembelajaran
perlu disisipkan pengembangan sikap dengan proses afeksi di sepanjang
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk terbiasa. Hal ini
berlaku juga untuk integrasi poin penting lainnya. Pada bagian inti ini
guru juga akan memaparkan seluruh isi mata pelajaran di satu kesempatan.
Guru juga harus menjelaskan bagaimana guru dapat mengembangkan
pengetahuan serta keterampilan siswa selama pembelajaran.
5. Bagian Penutup
Langkah pembelajaran terakhir dalam RPP tentunya adalah bagian penutup.
Pada bagian ini peserta didik serta guru akan melakukan refleksi
pembelajaran. Guru harus menjelaskan bagaimana dapat mengevaluasi
kemampuan peserta didik setelah pembelajaran. Refleksi ini dapat
dilakukan dengan tanya jawab, post test, ataupun pemberian pekerjaan
rumah. Tidak lupa guru juga sudah mencantumkan informasi mengenai
pembelajaran selanjutnya.
Sumber : admguru.com@gmail.com
Kamis, 12 Oktober 2017
PERUBAHAN KURIKULUM 2013 DI TAHUN 2017
Salam, semoga dalam keadaan sehat dan sukses
Kurikulum 2013 revisi 2016 kembali mengalami revisi di tahun 2017 ini,
Pada edisi 2017, kurikulum 2013 mengandung empat aspek penting yang harus diterapkan
Apa saja ke empat aspek tersebut?
Berikut ulasannya
1. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Perbincangan mengenai pendidikan karakter yang harus ditingkatkan terealisasi dengan revisi kurikulum 2013 di tahun ini. Pengintegrasian PPK dalam pembelajaran di kelas harus dan wajib dilaksanakan oleh guru. Terdapat paling sedikit 5 karakter penting yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil integrasi pembelajaran dengan pendidikan karakter. Kelima karakter tersebut antara lain adalah karakter religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri.
2. Literasi
Pergunjingan mengenai rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia menurut hasil penelitian literasi dunia juga menjadi fokus penting dalam revisi kurikulum 2013 kali ini. Kemampuan literasi ini kemudian diharkuapkan dapat disisipkan dalam setiap tujuan pembelajaran baik di awal, sedang, atau di akhir pembelajaran.
3. Creative, Critical Thinking, Communicative, dan Collaborative (4C)
Poin selanjutnya yang menjadi perubahan dari kurikulum 2013 revisi 2017 ini adalah mengenai kemampuan 4C yang diharapkan diakuisisi oleh peserta didik. Kemampuan untuk dapat kreatif, berpikir kritis, berkomunikasi, serta berkolaborasi merupakan kemampuan bekal bagi peserta didik di abad 21 ini. Itulah sebabnya kurikulum mengharapkan pendidikan dan pembelajaran formal mampu menyumbangkan, melatih, dan juga menghasilkan keempat kemampuan ini.
4. Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Keputusan pengubahan dalam revisi kurikulum 2013 di tahun ini menekankan keharusan adanya integrasi HOTS dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan pembelajaran harus memberikan pelatihan bukan hanya untuk kemampuan mendasar peserta didik dalam suatu mata pelajaran, tetapi juga kemampuan tingkat tingginya. Hal ini diharapkan agar peserta didik dapat bersaing dalam kancah dunia.
Sumber :
admguru.com@gmail.com
Salam, semoga dalam keadaan sehat dan sukses
Kurikulum 2013 revisi 2016 kembali mengalami revisi di tahun 2017 ini,
Pada edisi 2017, kurikulum 2013 mengandung empat aspek penting yang harus diterapkan
Apa saja ke empat aspek tersebut?
Berikut ulasannya
1. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Perbincangan mengenai pendidikan karakter yang harus ditingkatkan terealisasi dengan revisi kurikulum 2013 di tahun ini. Pengintegrasian PPK dalam pembelajaran di kelas harus dan wajib dilaksanakan oleh guru. Terdapat paling sedikit 5 karakter penting yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil integrasi pembelajaran dengan pendidikan karakter. Kelima karakter tersebut antara lain adalah karakter religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri.
2. Literasi
Pergunjingan mengenai rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia menurut hasil penelitian literasi dunia juga menjadi fokus penting dalam revisi kurikulum 2013 kali ini. Kemampuan literasi ini kemudian diharkuapkan dapat disisipkan dalam setiap tujuan pembelajaran baik di awal, sedang, atau di akhir pembelajaran.
3. Creative, Critical Thinking, Communicative, dan Collaborative (4C)
Poin selanjutnya yang menjadi perubahan dari kurikulum 2013 revisi 2017 ini adalah mengenai kemampuan 4C yang diharapkan diakuisisi oleh peserta didik. Kemampuan untuk dapat kreatif, berpikir kritis, berkomunikasi, serta berkolaborasi merupakan kemampuan bekal bagi peserta didik di abad 21 ini. Itulah sebabnya kurikulum mengharapkan pendidikan dan pembelajaran formal mampu menyumbangkan, melatih, dan juga menghasilkan keempat kemampuan ini.
4. Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Keputusan pengubahan dalam revisi kurikulum 2013 di tahun ini menekankan keharusan adanya integrasi HOTS dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan pembelajaran harus memberikan pelatihan bukan hanya untuk kemampuan mendasar peserta didik dalam suatu mata pelajaran, tetapi juga kemampuan tingkat tingginya. Hal ini diharapkan agar peserta didik dapat bersaing dalam kancah dunia.
Sumber :
admguru.com@gmail.com
Kamis, 08 Oktober 2015
Modalitas Pendidikan Nilai
Pendidikan nilai bukan hanya masalah
tahu tentang ”apa yang baik”. Orang mengira ”mengetahui” seakan-akan sama
dengan ”sudah melakukan”. Padahal, masih ada jarak antara ”tahu” dan
”tindakan”. Arah pendidikan nilai seharusnya fokus pada modalitas, yaitu
bagaimana menjembatani agar nilai-nilai menjadi tindakan nyata.
Nilai dianggap sesuatu yang berharga
bagi suatu kelompok masyarakat yang berupa standar perilaku atau dasar
moral untuk mengarahkan dan evaluasi tindakan (Kolthoff, 2007: 39).
Nilai-nilai membentuk orang berkarakter: komitmen, jujur, kompeten,
terbuka, jiwa pelayanan, belarasa, dan pengorbanan. Pendidikan nilai
tidak lepas dari pembentukan habitus, yaitu melalui pelatihan,
pembiasaan, pengalaman, dan perjumpaan.
Perubahan habitus hanya mungkin bila
mampu mengurai simpul-simpulnya: menghadapi peserta didik yang
mencontek, ubah sistem menjadi ujian lisan; menghadapi
ketidakadilan/diskriminasi, buat prosedur yang sifatnya mengawasi.
Perubahan harus didukung fasilitas,
contoh supaya orang mau antre, saat giliran tiba wajib menunjukkan nomor
urut; supaya orang tumbuh rasa memiliki, sistem kepemilikan diubah.
Jadi, perubahan sikap/perilaku sulit terjadi kalau hanya mengandalkan
nasihat, khotbah, atau ajaran. Perhatian utama pendidikan nilai fokus
pada menyediakan modalitas yang menjembatani norma moral dan tindakan
faktual.
Pembentukan karakter
Karakter pertama-tama dibentuk bukan
dari ”tahu”, melainkan dari tiga prinsip ini: pertama, oleh apa yang
kita lakukan, bukan oleh apa yang kita katakan atau ketahui; kedua,
setiap pilihan/keputusan bertindak mengarahkan akan menjadi orang
semacam apa diri kita; ketiga, karakter lahir dari keberanian bertindak
tepat meski menyadari penuh risiko.
Tiga prinsip ini sebetulnya adalah saran
untuk mengusahakan internalisasi nilai: kalau mau efektif harus
terlibat dalam kegiatan. Keterlibatan membawa pengalaman, perjumpaan,
dan pembiasaan melalui live-in atau pelayanan masyarakat.
Dengan prioritas ”melakukan” atau
”bertindak”, nilai-nilai yang dipraktikkan atau bentuk moral yang
dibatinkan bisa lebih efektif mengatur perilaku sehari-hari untuk
membentuk etos. Etos menandai karakter seseorang atau kelompok
masyarakat. Karakter mewujud dalam sifat kepribadian yang memengaruhi
kemampuan bertindak/bersikap sejalan dengan tanggung jawab moral.
Ada lima pilar pendidikan karakter (bdk
Berkowitz, 2002: 83) yang memengaruhi pembentukan atau perubahan
habitus. Pembahasan kelima pilar di bawah ini memperhitungkan
simpul-simpul habitus atau modalitas perubahan.
Pertama, pendidikan etika. Tujuannya
melengkapi peserta didik dengan pengetahuan, kemampuan mempertanyakan
dan menalar agar mengembangkan sistem nilai dan bertanggung jawab atas
keputusannya. Kematangan penalaran moral perlu dilatih melalui diskusi
pemecahan kasus-kasus dilema moral dan manajemen nilai. Dalam diskusi
ada penajaman konsep, pengayaan kategori dan pembiasaan menerima beragam
pemikiran.
Perkembangan kesadaran moral tumbuh
bukan hanya melalui informasi/pengetahuan, melainkan dengan pengalaman
dan perjumpaan: melibatkan aktivitas live-in di keluarga miskin, di
keluarga berbeda agama, atau tinggal di pesantren bagi non-Muslim.
Ketika membahas masalah jender, siswa diminta mengunjungi penjara
perempuan, korban pelecehan, wawancara korban KDRT.
Kedua, penjabaran karakter dalam proses
belajar-mengajar dengan memberdayakan peran para pemangku kepentingan
(pendidik, orangtua, yayasan, pejabat) melalui kesaksian hidup pribadi
dan praktik kelembagaan dalam menghayati core values, kode etik dan aturan sekolah.
Menurut Bourdieu, penyampaian
nilai-nilai paling efektif justru secara tersirat, yaitu melalui teladan
dan suasana kondusif. Maka, perlu memperhatikan bagaimana peserta didik
diperlakukan terutama oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan langsung
dengan peserta didik. Apakah peserta didik merasa diperlakukan secara
baik, dihormati, bukan diabaikan atau merasa di-bully? Cara
pendidik atau para pemangku bertanggung jawab memperlakukan orang lain
juga memengaruhi sikap peserta didik. Maka, peserta didik perlu dibantu
mengalami bahwa sekolah adalah tempat untuk mengembangkan diri, bukan
sebaliknya, dianggap meracuni atau menghambat secara psikologis.
Untuk menciptakan suasana kondusif,
kompetensi pedagogis pendidik berperan mendorong untuk belajar dua hal
(R Fisher, 2005: 510). Pertama, mengeksplorasi masalah-masalah
keprihatinan pribadi seperti cinta, persahabatan, konflik, dan fairness;
masalah hubungan diri-sosial seperti identitas, mendorong perilaku
adil, menerima perbedaan; kedua, mengembangkan gagasan sendiri,
mengeksplorasi dan menantang gagasan pihak lain, bisa jelas dan runtut
dalam berpikir serta membuat pertimbangan dengan penalaran jernih.
Dengan demikian, di sekolah, peserta didik bisa tenang berpikir dan
meningkatkan kesadaran moral. Model pendidikan ini membantu peserta
didik lebih terbuka dan terampil dalam komunikasi sehingga mampu
menghindari tindak kekerasan.
Ketiga, sekolah merumuskan karakter yang
diharapkan melalui perwakilan semua pemangku tanggung jawab. Sekolah
bisa menuntut peserta didik mencapai karakter khas, misalnya tajam dalam
kompetensi (competence), suara hati yang jernih (conscience), dan hasrat belarasa (compassion).
Penguasaan pengetahuan
Kompetensi menuntut penguasaan
pengetahuan. Ini mungkin bila tumbuh minat membaca dan kemampuan
mengerti apa yang dibaca yang kelihatan dari keterampilan mengungkapkan
diri secara lisan dan tertulis. Keterampilan ini membantu mengemukakan
gagasan secara teratur dan logis sehingga tumbuh rasa percaya diri untuk
belajar secara sistematis apa yang dilakukan. Lalu mulai terbiasa
membuat studi terbatas untuk membentuk pendapat sendiri.
Suara hati tumbuh dengan mengembangkan
nalar moral: kemampuan untuk menalar hal yang baik/jahat, benar/salah
sehingga memungkinkan mengambil keputusan melalui penilaian moral yang
matang. Suara hati mendorong hasrat belarasa.
Hasrat belarasa membuka kepedulian untuk
bisa mengenali dan menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat, lalu berusaha menghasilkan jawaban-jawaban. Dengan demikian,
pendidikan tidak mengakibatkan peserta didik terasing dari cara hidup
orang-orang di lingkungannya yang berpendapatan lebih rendah.
Beberapa tuntutan di atas bisa dipenuhi
bila kurikulum didesain untuk menjawab kebutuhan itu dan sekolah membuka
kesempatan peserta didik untuk terlibat kerja relawan. Banyaknya jam
kerja relawan menjadi poin untuk diterima di jenjang pendidikan lebih
tinggi. Ada beragam bentuk kerja relawan: kerja untuk kepentingan umum
(bangunan publik, taman publik, lapangan, hutan); demi penerimaan
pluralitas (aktivitas lintas agama, rumah ibadat, membantu kegiatan
agama lain); dan kepedulian kepada yang lemah, seperti orang miskin,
lansia, atau korban bencana alam. Dengan terlibat, jiwa pelayanan akan
tumbuh.
Kepedulian sosial itu bisa berubah
menjadi tanggung jawab politik. Caranya, peserta didik dilibatkan secara
aktif dalam membuat program Kartu Pelaporan Warganegara (KPW) sebagai
alat umpan balik terhadap pejabat publik (Sampford, 2006: 235).
KPW berisi laporan tentang akses ke
pelayanan publik, kualitasnya, masalah yang dihadapi konsumen,
responsif/tidaknya pelayan publik. Dari KPW akan tersingkap standar
kualitas pelayanan publik, biaya yang harus dibayar, termasuk ongkos
yang disembunyikan seperti suap. Model pendidikan nilai seperti ini
membuat peserta didik peduli kebutuhan sesama dan menjadi warganegara
kompeten.
Keempat, pewujudan karakter melalui
keterampilan bidang khusus (seni, olahraga, organisasi) melalui
partisipasi kegiatan di luar sekolah. Model pendidikan melalui kegiatan
nyata ini adalah proses internalisasi nilai-nilai secara intensif yang
sekaligus menjadi forum perjumpaan dengan yang berbeda agama atau etnis.
Dari proses pelaksanaan kegiatan terungkap kedisiplinan, ketekunan,
komitmen, kejujuran.
Kelima, analogi permainan melalui
pendidikan sastra. Sastra membuka kemungkinan peserta didik untuk
berubah yang tidak dimungkinkan oleh visi yang melulu moral. Sastra
mendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas karena peserta didik
dibebaskan dari ketakutan akan norma sosial dan sanksi sosial.
Dalam kebebasan, nampak fenomena
dasariah, proses lahirnya kreativitas: pertama-tama dalam imajinasi
terbentuk ”ada baru” dan bukan dalam kehendak. Imajinasi mendahului
kehendak. Dalam sastra, ada paradigma kehidupan yang memungkinkan
mengasah budaya dialog. Sastra dengan paradigmanya memberi kearifan
untuk memahami realitas dan membangun kehalusan budi karena sastra tak
menggurui, tapi menawarkan norma dan model kehidupan. Melalui kisah,
pembaca bisa menyimpulkan.
Kisah mendorong untuk bertindak karena
dengan meniru suatu model dibangun jembatan antara pikiran dan praksis.
Proses pertemuan antara dunia yang disarankan teks dan dunia konkret
pembaca memungkinkan transformasi diri, yaitu ketika teks mengubah
pembaca sehingga bisa memahami diri secara lebih baik. Sastra merupakan
cermin atau kendaraan wawasan, visi dan kedalaman perenungan.
Kamis, 19 Maret 2015
Naskah Pidato Pildacil Tema Kebersihan
“KEBERSIHAN
SEBAGIAN DARIPADA IMAN”
Oleh : REVA FATCHANI ANTAFDILLA
Utusan : SD NEGERI 2 CINTARATU
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ
Bismillahir Rahmaanir
Rahiim
Rabbissrahli Soderi
Wayassirli Amri Wahlul Uqdatam Millisani Yaf Qohu Qouli
Pertama-tama marilah kita senantiasa bertaqwa kepada
Allah SWT, taqwa dalam artian menjalankan segala perintahnya dengan penuh
tanggungjawab dan jiwa yang bersih serta meninggalkan segala larangnnya.
Shalawat dan salam kita curahkan kepada Baginda Nabi
besar Muhammad SAW, karena berkat beliaulah kita dapat merasakan nikmatnya
islam seperti sekarang ini.
Saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan
kepada saya untuk menyampaikan pidato yang berjudul :
“Kebersihan Sebagian daripada Iman”
Dewan Juri yang terhormat serta hadirin yang dimuliakan
Allah
Kebersihan adalah satu kata yang memiliki makna yang
sangat luas, kata tersebut sering kali kita dengar namun sering pula kita
abaikan tanpa disadari. Bersih secara bahasa adalah sesuatu yang tak bernoda
atau suci sedangkan secara syar’iah bersih adalah kejernihan atau kesucian
lahir dan bathin seseorang dalam menjalani hidup serta terhindar dari hal-hal
yang tidak terpuji.
Dalam sebuah hadits nabi dikatakan :
Yang artinya : “Sesungguhnya Allah SWT itu sangatlah indah dan dia menyukai
setiap hal-hal yang indah pula”.
Dari penggalan
ayat di atas, dapat kita cermati bersama, bahwa proses penciptaan alam dan
lingkungan yang telah Allah amanatkan kepada manusia seharusnya dijaga dan
dilestarikan sebaik-baiknya, sehingga nantinya Allah swt. tidak akan murka dan
menguji hambanya dengan berbagai malapetaka dan bencana yang kerap kali melanda
negeri ini.
Dewan
Juri yang terhormat serta hadirin yang dimuliakan Allah
Oleh karena itu, sebagai
kesimpulan akhir, saya mengajak kepada kita semua untuk selangkah lebih maju dalam meningkatkan kebersihan, karena kebersihan itu
sebagian dari iman.
Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, saya akhiri dengan sebuah pantun;
Buah nanas, buah kedondong
Kalau ingin citra imannya bagus,Tolong jaga kebersihannya dong.
Syukron katsiran ala uktimamikum
Wabillaahi Taufik Walhidayah,Waridoh Wal Inayah
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ
Naskah Pidato Pildacil Tema : Mensyukuri Nikmat Allah SWT
NASKAH PIDATO PILDACIL
MENSYUKURI NIKMAT ALLOH SWT
Assalamu’alaikum
Warohmatullohi Wabarokaatuh.
Alhamdulillah,
Alhamdulillahirobbil’alamiin wassolaatu wassalaamu ‘ala sayidinaa Muhammad
wa’ala yang teraalihii wasohbihii
azmain, ammaa ba’du.
Dewan juri yang terhormat serta hadirin yang dimuliakan Alloh SW. Pertama dan
yang paling utama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Alloh SWT yang
telah memberikan kita nikmat.
Solawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyyah hingga ke jaman yang
penuh ilmu pengetahuan ilmiah.
Pada kesempatan kali ini ijinkanlah saya menyampaikan tausiyah yang
berjudul “MENSYUKURI NIKMAT ALLOH SWT”.
Para hamba alloh dan kekasih rosululloh yang berbahagia. Alloh SWT telah
memberikan kita nikmat yang sungguh banyak, nikmat yang tidak terhitung
jumlahnya, sehingga apabila semua orang pintar, semua orang pandai, semua orang
cerdas, semuanya dikumpulkan untuk menghitung nikmat alloh niscaya tidak akan
bisa, tidak akan sanggup menghitung nikmat alloh yang sangat banyak.
Sebagaimana firmannya yang berbunyi : WAIN TAUDDUU NI’MATILLAAHI LATUHSUHAA.
Artinya : “Dan jika kamu hitung nikmat Alloh SWT niscaya takkan sanggup
menghitungnya”
Maka dari itu, Ayo! Kita sama-sama mensyukuri nikmat Alloh, karena apabila
kita bersyukur atas segala nikmatnya, niscaya Alloh akan menambah nikmatnya.
Dan apabila kita kufur terhadap nikmat Alloh, maka kita akan mendapatkan adzab
yang sangat pedih.
Dewan juri yang terhormat, serta hadirin yang dimuliakan oleh Alloh SWT.
Maka dari itu, marilah kita angkat tangan kita tinggi-tinggi, kita
tundukkan kepala kita, kita tundukkan hati kita, kita berdo’a kepada Alloh
ilahi Robbi.
Astagfirulloh aladzimi,
alhamdulillahi robbil’alamin, Allohumma solli’alaa sayyidinaa muhammad.
Ya Alloh ..... Ya Rohman ..... Ya Rohim ....
Jadikanlah kami, hamba yang selalu bersyukur atas segala nikmatmu.
Jadikanlah kami hamba yang bertaqwa dan taat kepada perintahmu ya robbi.
Ya Alloh .... Ya Ghoffar ..... Ya Tawwab ......
Ampunillah dosa-dosa kami dan dosa ayah ibu kami, sayangilah mereka
sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.
Robbanaa atinaa piddunyaa
hasanah, wafil akhiroti hasanah, wakinaa adzaabannar, Walhamdulillahi robbil
‘alamiin.
Sahabat-sahabatku yang berbahagia!
Setelah saya menyampaikan pidato tadi, saya dapat menggarisbawahi dan
menarik kesimpulan : “Bahwa kita wajib bersyukur kepada Alloh dengan
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya”.
Dewan juri yang terhormat serta hadirin yang dimuliakan pleh Alloh SWT.
Mungkin ini saja yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon
dimaafkan dan saya akhiri dengan sebuah pantun :
Good night selamat malam
Good morning selamat pagi
Saya sudahi dengan salam
Semoga kita berjumpa lagi
Billahi Taufik Walhidayah,
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh.
Rabu, 18 Maret 2015
Langganan:
Komentar (Atom)